Densus 88 menerima pelatihan, dukungan perbekalan dan operasional yang
luas dari Kepolisian Federal Australia. Namun muncul bukti yang semakin
besar bahwa satuan anti teroris itu terlibat dalam penyiksaan dan
pembunuhan sewenang-wenang dalam upaya menumpas gerakan separatis di
Papua.
Jurnalis ABC, Hayden Cooper dan Lisa Main, pergi ke Papua
secara undercover dan bertemu dengan banyak orang yang mengatakan,
Densus 88 yang dibiayai Australia melancarkan kampanye berdarah terhadap
para aktivis.
Pada tanggal 14 Juni, pemimpin kemerdekaan Mako
Tabuni ditembak ketika lari dari polisi di sebuah jalan sepi di ibukota
Papua. Orang-orang yang menewaskan Tabuni diduga adalah bagian dari
Densus 88, yang dibentuk menyusul peristiwa Bom Bali.
Dengan
pelatihan forensik, pengumpulan intelijen, pengintaian dan penegakan
hukum oleh pejabat-pejabat dari Amerika Serikat, Inggris dan Australia,
Densus 88 memainkan peranan utama dalam upaya kontra terorisme di
Indonesia.
Mandat anti terorisme mereka kini meluas ke
bidang-bidang lain seperti penumpasan separatis Papua. Pada bulan
Desember 2010, Densus 88 membunuh Kelly Kwalik, seorang pemimpin OPM.
Densus 88 secara terbuka menyatakan bertanggung jawab.
Cara yang lunak
Pemimpin
Komisi Nasional Papua Barat, KNPB, yang sekarang, Victor Yeimo,
mengatakan, tidak seperti OPM, KNPB menggunakan cara non-kekerasan dan
mengusahakan solusi politik. Menurut saksi mata, setelah didekati oleh
polisi tak berseragam dalam mobil, Mato Tabuni berusaha untuk lari.
Polisi disebutkan melepaskan tembakan terhadap aktivis tersebut ketika ia lari di jalan.
Berlumuran
darah, Tabuni bukannya dibawa ke rumah sakit Katolik yang dekat, tapi
ke rumah sakit polisi yang letaknya paling tidak 20 kilometer jauhnya,
dimana seorang saksi mata lain melihat pihak berwenang membawanya masuk.
Saksi
tersebut mengatakan, mereka dari Densus 88 yang dikenali dari masker
yang sering mereka kenakan dalam operasi. Gustaf Kawer, pengacara
Kabuni, juga menduga, Densus 88 terlibat.
Laporan pihak
kepolisian mengatakan, Tabuni memegang sebuah senjata api ketika
ditembak, dan bahwa ia merebut senjata lainnya dari seorang anggota
polisi. Juga disebutkan, Tabuni terlibat dalam beberapa insiden
kekerasan sebelumnya.
Tapi Gustaf Kawer, yang diakui secara
internasional, mengatakan, tidak ada bukti atas laporan tersebut.
Menurutnya, semuanya adalah skenario oleh aparat keamanan supaya mereka
dapat menembaknya.
Kematian Tabuni hanya satu dari banyak contoh
Densus 88 beroperasi dengan impuniti. Sebuah bocoran video yang muncul
tahun lalu menunjukkan polisi setelah mereka merebut kembali sebuah
landasan udara yang terpencil dari tangan separatis.
Video yang
diambil dengan HP oleh polisi itu mengidentifikasi Densus 88 dan
sejumlah mayat orang Papua tergeletak di tanah, termasuk gambar beberapa
remaja yang diikat dengan tali.
Dan menurut saksi mata, Densus
88 termasuk diantara aparat yang melepaskan tembakan terhadap warga
sipil pada Kongres Nasional Papua Oktober lalu.
Respon Australia
Menteri
Luar Negeri Australia, Bob Carr, mengatakan telah meminta kepada
Indonesia untuk melakukan pengusutan atas pembunuhan Tabuni.
Ia
mengatakan, Kepolisian Federal Australia melatih satuan Densus 88 karena
ingin Indonesia mempunyai kapasitas anti terorisme yang kuat, tapi
bukan untuk menumpas pemberontakan.
Namun aktifis kemerdekaan,
Victor Yeimo, mengatakan dalam Program 7:30 Report di saluran televisi
ABC bahwa Australia dan Amerika Serikat ikut bersalah atas kematian
banyak orang, karena mendanai dan melatih para aktor kekerasan di Papua.
Sementara
itu, Partai Hijau Australia mengatakan, Kepolisian Federal sebaiknya
berhenti melatih satuan-satuan anti terorisme Indonesia sampai
investigasi dilakukan atas pelanggaran HAM di Papua.
Jurubicara
Partai Hijau mengatakan, tidak ada 'checks and balances' yang memadai
tentang bagaimana pelatihan dan peralatan Kepolisian Australia
digunakan.
Respon dari pihak Indonesia
Kedutaan besar
Indonesia di Canberra memberikan tanggapan yang menguraikan bagaimana
tindakan kekerasan di provinsi Papua dan Papua Barat merupakan sesuatu
yang patut disesalkan, dan bahwa pemerintah Indonesia telah mengambil
langkah-langkah untuk menjaga keamanan di kedua provinsi tersebut.
Mengirimkan
pasukan keamanan ke 'seluruh bagian Republik Indonesia', dalam
pernyataan tersebut dikatakan sebagai hak pemerintah Indonesia, selama
masih mengikuti prinsip dasar Hak Asasi Manusia.
Kekerasan
berlebihan yang dilakukan oleh pasukan keamanan, menurut pernyataan
Kedubes Republik Indonesia di Canberra, akan ditangani secara hukum.
Selain itu, pihak pemerintah Indonesia juga menekankan pentingnya untuk
menjaga kedaulatan Indonesia di dalam 'langkah-langkah menuju
perdamaian' di provinsi-provinsi di Papua, dan mengundang pihak media
Australia untuk melakukan reportase yang 'lebih mendalam dan seimbang'.
Sementara
itu, melalui SMS, juru bicara Kepolisian, Inspektur Jenderal Anang
Iskandar, membalas pertanyaan wartawan Radio Australia mengenai
keterlibatan Detasemen Khusus 88 di Papua dengan mengatakan bahwa Densus
88 tidak terlibat dalam penangkapan Mako Tabuni.
Menurutnya,
"Tim yang dilibatkan adalah tim penyidik dari polres Jayapura dan polda
papua serta tim penyidik dari bareskrim (Badan Reserse Kriminal)."{republika.co.id}
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !