Menurut
Gregory Ball dan Stewart Hulse, peneliti dari Hopkins
Psychology ada hubungan parallel yang menarik antara komunikasi vocal pada
bunyi suara burung dan ucapan/bahasa pada manusia. Di
Januari 1998, kedua ilmuwan tersebut mempublikasikan temuan mereka di forum American
Psychologist.
Berikut adalah intisari dari
temuan mereka dan semoga kita bisa lebih menghargai dan menikmati lagu
(bunyi) suara burung.
A =
Auditory Memory
Lagu/bunyi suara burung lebih merupakan sesuatu yang
dipelajari oleh burung. Semenjak masih dalam di dalam sarang, burung yang masih
muda (umumnya yang berkelamin jantan) akan mendengarkan vokalisasi yang
dilantunkan oleh induk jantannya dan juga indukan jantan dari species lain
serta berbagai suara yang ada disekitarnya, yang kemudian merekam suara
tersebut ke dalam Auditory Memory nya. Tahap
ini merupakan fase yang sangat kritis bagi beberapa species dalam melantunkan
“lagu” nya dikemudian hari. Ini bisa dibuktikan bahwa burung yang
dibesarkan dalam kondisi terisolasi dari indukan mereka akan melantunkan “lagu”
yang tidak normal atau tidak menyerupai indukan mereka di alam liar. Contoh
dalam hal ini adalah “burung Kenari isian” yang melantunkan lagu Blackthroat
atau jenis suara burung lainnya.
B =
Babbling
Pada saat
jantan mencapai usia puber, mereka akan mulai melantunkan kemampuan vocal
mereka yang tentu saja masih dengan suara yang halus, dan tidak teratur (kita
mengenalnya dengan istilah ngeriwik). Tahapan berikutnya, lagu yang
dilantunkan menjadi lebih keras (ngeplong), lebih jelas dan panjang (ngerol)
dan akhirnya mengkristal sehingga sesuai dengan auditory memory yang terbentuk
beberapa bulan sebelumnya.
C =
Courtship
Banyak
burung jantan yang mengandalkan kemampuan mereka dalam melantunkan lagu untuk
mencari pasangan dan bersaing dengan jantan yang lain dalam memperebutkan
daerah kekuasaan. Apa yang
membuat beberapa burung jantan memiliki suara yang lebih menarik dibanding
rekan mereka lainnya? Penelitian
menunjukkan bahwa hal ini ditentukan oleh ukuran burung tersebut. Dalam percobaan
yang menggunakan Mockingbirds dan Red-winged blackbirds, betina lebih
tertarik dengan jantan yang mempunyai suara yang lebih keras dan lebih
variatif.
D =
Dialects
Sama
seperti manusia, burung juga mempunyai dialek yang bisa membedakan asal daerah mereka. Di
California, peneliti yang sudah terlatih bisa membedakan suara White-Crowned
Sparrow yang hidup di daerah Berkeley, Sunset Beach dan Marin County. Walaupun
semua burung tersebut melantunkan lagu yang hanya dimiliki oleh White-Crowned
Sparrow, tapi akhir phrase lagunya berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain.
E =
Environment
Interaksi
sosial bisa berefek pada pembentukan lagu yang dilantunkan burung. Pada masa
Auditory Memory, ada beberapa spesies burung yang merekam suara lebih banyak
daripada apa yang akan menjadi “lagu”nya dikemudian hari. Pertanyaannya adalah, suara/lagu mana yang akan tetap
bertahan dan mana yang akan hilang? Berdasarkan penelitian, suara/lagu yang
bertahan adalah yang lebih mirip dengan lagu ke dua indukannya atau speciesnya.
Sedangkan yang berbeda tidak akan bertahan.
F =
Feedback
Walaupun
sudah mencapai usia dewasa, beberapa jenis burung tetap perlu mendengar
lagu-lagu yang pernah dipelajarinya. Baik lagu-lagu yang berasal dari
speciesnya sendiri maupun dari species lain, supaya apa yang sudah terekam
di dalam Auditory Memoriy tidak hilang.
G =
Gender Differences
Walaupun
berat otak antara burung jantan dan betina adalah sama, tapi ada perbedaan yang
besar dalam struktur sirkuit otak . Penelitian yang dilakukan pada Zebra finch
menunjukkan bahwa jantan Zebra finch jantan mempunyai nucleus (High Vocal
Center) yang 7 kali lebih besar dibanding betina. Ini salah satu alasan
kenapa burung jantan suaranya lebih keras dan lebih variatif.
H = High Vocal Center
Bagian dari otak tersebut adalah kunci dari pembelajaran
dan melantunkan lagu. Jika bagian ini mengalami degradasi, maka akan
menimbulkan masalah dalam melantunkan lagu di kemudian hari. Sering
kita mengatakan burung “pintar” atau gampang di master karena ternyata burung
tersebut memiliki HVC yang lebih besar.
I =
Identification
Kita bisa
mengenali suara seseorang tanpa melihat orangnya. Ini sering terjadi pada
percakapan via telepon. Begitu juga dengan burung. Walaupun terdengar sama di
kuping kita, tetapi tidak ada suara burung yang persis sama. Burung Jalak
bisa dengan mudah membedakan suara pasangannya dari suara jalak yang lain.
J, K, L =
Linguist Noam Chomsky
Burung
yang dibesarkan dalam kondisi terisolasi, setelah dewasa akan melantunkan lagu
yang “tidak normal” walaupun lagu yang dihasilkan dari suasana terisolasi ini
masih memiliki lagu tipikal speciesnya, seperti jumlah not per lagu, dll.
O = Ornithologists
Yang pertama sekali mengidentifkasi variasi pada
suara/lagu burung adalah mereka yang langsung melakukan penelitian dilapangan.
Di awal abad ini, ornithologist menggunakan data musical untuk mengidentifikasi
suara burung yang mereka dengar. Data yang lebih objective di dapat setelah
adanya penemuan tape recorder dan kemudian berkembang menjadi Sonograph, yang
menghasilkan suara spectrograph yang merupakan perwakilan dari sinyal akustik
yang lebih kompleks.
P =
Perfect Pitch
Berbahagialah
kita sebagai manusia yang bisa dengan jelas menbedakan antara B dengan D, M –
N, C – G yang di kenal dengan istilah pitch. Dalam dunia burung, pitch
digunakan untuk mengklasifikasi jenis suara. Percobaan yang dilakukan pada
burung jalak menunjukkan bahwa burung juga menggunakan pitch yang hampir sama
dengan strategi “lebih rendah” atau “lebih tinggi”.
Q = Quick
Learner
Sebenarnya
burung tidak memerlukan waktu yang lama untuk merekam suara/lagu yang akan
dilantunkan di kemudian hari. Piyik burung gereja hanya perlu mendengar sekitar
30 kali pengulangan sebuah lagu dalam sehari untuk dijadikan memori. Sementara
Nightingale lebih cepat lagi, yang hanya memerlukan 10 – 20 kali pengulangan.
R =
Recognition
Dalam
suasana yang sangat berisik sekalipun burung bisa saling berkomunikasi dengan
baik satu dengan yang lain. Di alam liar, semua suara yang berisik seperti
debur ombak, suara angin, dll, yang mendistorsi suara burung bisa ditoleransi
dengan baik. Yang menarik adalah “pitch” menjadi factor yang sangat menentukan
komunikasi tersebut.
S =
Syllable
Pada
manusia, percakapan dibentuk oleh unit yang disebut phonemic. Bagaimana dengan
burung? Burung menggunakan proses yang disebut syllable seperti
penelitian yang dilakukan dibawah ini. Zebra finch jantan dan betina diletakkan
pada kandang yang terpisah tapi berdampingan untuk menstimulasi jantan agar mau
bunyi. Para peneliti kemudian menyorotkan lampu senter ke burung jantan dengan
interval yang berbeda untuk “menggangu” burung tersebut saat “bernyanyi”. Hasil
yang di dapat adalah, sang jantan hampir selalu berhenti “bernyanyi” diantara
syllable (waktu jeda yang alami); dan hanya sesekali terganggu secara syllable.
T =
Turkey
Kalkun,
ayam, merpati, perkutut dan burung puyuh tidak termasuk dalam kelompok burung
“penyanyi”. Untuk jenis burung yang tidak termasuk dalam kelompok burung
“penyanyi”, suara/lagu tidak dipelajari dari kecil tetapi lebih merupakan
“warisan”.
U = Use
It or Lose It
Burung memiliki kecenderungan untuk menirukan suara yang
punya kemiripan warna lagu dan lebih besar meniru dari speciesnya saja.
V =
Volume
Yang
dimaksud disini adalah volume otak. Jika diperhatikan, suara burung sangat
berbeda dan tipikal sesuai dengan musim. Jantan akan berbunyi lebih sering
dan lebih variatif ketika memasuki musim kawin. Demikian juga halnya dengan
volume nuklues lagu. Dalam sebuah penelitian, “high vocal center” pada otak
burung kenari berubah menjadi 99% lebih besar dimusim semi dibandingkan saat
musim gugur. Apakah perubahan musim mempengaruhi pembentukan sel neurons
baru? Belum lama ini sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pembentukan atau
perkembangan sel neuron terbesar dihasilkan pada bulan Oktober, dimana
anak-anak burung sedang mempelajari “lagu” baru. Bagi penggemar burung
import terutama jenis kenari, ini bisa menjadi acuan kapan harus membeli
kenari.
W =
Wingstroking
Burung
betina yang tertarik dengan “lagu” yang dilantunkan burung jantan, akan
melakukan ritual menggeleparkan sayap (ngeleper). Kelakuan
ini memberikan efek kapada burung jantan yang akan kembali melantunkan “lagu”
yang dirasakan bisa menarik perhatian sang betina.
X, Y, Z =
Zebra Finch
Pada saat
burung jantan zebra finch melantunkan “lagu” betina nya justru akan diam seribu
bahasa. Perbedaan yang mencolok ini lah yang membuat zebra finch menjadi
pilihan utama para peneliti.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !